KEMAJEMUKAN
MASYARAKAT INDONESIA
Oleh : Ahmad Sayuthy Al-Malik
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Pernahkah anda perhatikan keadaan masyarakat Indonesia ?
Bangsa yang tersebar dari Sabang sampai Merauke ini, terdiri dari bermacam suku
bangsa, budaya, ras dan agama. Disebut juga masyarakat majemuk atau
multikultur. Kondisi masyarakat seperti ini jika berjalan serasi dan harmonis
akan menciptakan integrasi sosial. Jika tidak, terjadilah disintegrasi sosial
atau konflik sosial. Pengaruh kemajemukan masyarakat yang perlu diperhatikan
karena dapat menimbulkan konflik sosial adalah munculnya sikap primordial
(primordialisme) yang berlebihan dan stereotip etnik.
Indonesia dikenal dengan kemajemukan masyarakat, baik dari
sisi etnisitas maupun budaya serta agama dan kepercayaannya. Kemajemukan juga
menjangkau pada tingkat kesejahteraan ekonomi, pandangan politik serta
kewilayahan, yang semua itu sesungguhnya memiliki arti dan peran strategis bagi
masyarakat Indonesia. Meski demikian, secara bersamaan kemajemukan masyarakat
itu juga bersifat dilematis dalam kerangka penggalian, pengelo1aan, serta
pengembangan potensi bagi bangsa Indonesia untuk menapaki jenjang masa
depannya.
Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat berpotensi membantu bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang bersama. Sebaliknya, jika kemajemukan masyarakat tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan menyuburkan berbagai prasangka negatif (negative stereotyping) antar individu dan kelompok masyarakat yang akhirnya dapat merenggangkan ikatan solidaritas sosial.
Kemajemukan masyarakat Indonesia dapat berpotensi membantu bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang bersama. Sebaliknya, jika kemajemukan masyarakat tersebut tidak dikelola dengan baik, maka akan menyuburkan berbagai prasangka negatif (negative stereotyping) antar individu dan kelompok masyarakat yang akhirnya dapat merenggangkan ikatan solidaritas sosial.
1.2 Rumusan Masalah
Berawal dari latar belakang tersebut, Kami mencoba menyampaikan permasalahan antara lain:
1. Bagaimana kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
3. Bagaimana ketergantungan Indonesia pada negara asing?
Berawal dari latar belakang tersebut, Kami mencoba menyampaikan permasalahan antara lain:
1. Bagaimana kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
2. Bagaimana pengaruh kemajemukan masyarakat di Indonesia ?
3. Bagaimana ketergantungan Indonesia pada negara asing?
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan Makalah ini adalah Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Mata kuliah Perspektif Sosial Budaya serta untuk wawasan dan ilmu kami tentang pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia.
Tujuan pembuatan Makalah ini adalah Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Mata kuliah Perspektif Sosial Budaya serta untuk wawasan dan ilmu kami tentang pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia.
1.4 Metode dan Prosedur
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan browsing di internet.
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan browsing di internet.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Kemajemukan Masyarakat Indonesia
Istilah Masyarakat Indonesia Majemuk pertama kali
diperkenalkan oleh Furnivall dalam bukunya Netherlands India: A Study of Plural
Economy (1967), untuk menggambarkan kenyataan masyarakat Indonesia yang terdiri
dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit bersatu dalam satu kesatuan
sosial politik. Kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukkan oleh struktur
masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal.
Faktor
yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Keadaan geografi Indonesia yang
merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari lima pulau besar dan lebih dari
13.000 pulau kecil sehingga hal tersebut menyebabkan penduduk yang menempati
satu pulau atau sebagian dari satu pulau tumbuh menjadi kesatuan suku bangsa,
dimana setiap suku bangsa memandang dirinya sebagai suku jenis tersendiri.
b. Letak Indonesia diantara Samudra
Indonesia dan Samudra Pasifik serta diantara Benua Asia dan Australia, maka
Indonesia berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan. Hal ini mempengaruhi
terciptanya pluralitas/kemajemujkan agama.
c. Iklim yang berbeda serta struktur
tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini merupakan faktor yang menciptakan
kemajemukan regional.
Seperti yang telah dijelaskan bahwa kemajemukan Indonesia
tampak pada perbedaan warga maryarakat secara horizontal yang terdiri atas
berbagai ras, suku bangsa, agama, adat dan perbedaan-berbedaan kedaerahan.
Menurut Robertson (1977), ras merupakan pengelompokan
manusia berdasarkan ciri-ciri warna kulit dan fisik tubuh tertentu yang
diturunkan secara turun temurun.Untuk itu ras yang hidup di Indonesia antara
lain Ras Melayu Mongoloid, Weddoid dan sebagainya. Sedangkan untuk suku bangsa
/ etnis yang tersebar di Indonesia sangatlah beraneragam dan menurut Hildred
Geertz di Indonesia terdapat lebih dari 300 suku bangsa, dimana masing-masing
memiliki bahasa dan identitas kebudayaan yang berbeda. Dalam kemajemukan agama
di Indonesia secara umum agama yang berkembang di Indonesia adalah Islam,
Kristen Protestan, Katholik, Hindu, Budha. Selain itu terdapat agama-agama lain
seperti Kong Hu Chu, Kaharingan di Kalimantan, Sunda Kawitan (suku Baduy) serta
aliran kepercayaan.
Dengan demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu
warna dalam kehidupan, dan warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah
apabila ada kesadaran untuk senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan
dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan melalui integrasi.
Ciri-ciri masyarakat majemuk menurut Vandenberg :
a. Segmentasi ke dalam kelompok-kelompok.
b. Kurang mengembangkan konsensus.
c. Sering mengalami konflik.
d. Integrasi sosial atas paksaan.
e. dominasi suatu kelompok atas kelompok lain
Ciri-ciri masyarakat majemuk menurut Vandenberg :
a. Segmentasi ke dalam kelompok-kelompok.
b. Kurang mengembangkan konsensus.
c. Sering mengalami konflik.
d. Integrasi sosial atas paksaan.
e. dominasi suatu kelompok atas kelompok lain
2.2 Pengaruh Kemajemukan Masyarakat
Indonesia
Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan suku
bangsa,ras dan agama dapat dibagi atas pengaruh positif dan negatif. Pengaruh
positifnya adalah terdapat keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan
harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa. Pengaruh negatifnya antara lain :
a. Primordial
a. Primordial
Karena adanya sikap primordial kebudayaan daerah, agama dan
kebiasaan di masa lalu tetap bertahan sampai kini. Sikap primordial yang
berlebihan disebut etnosentris. Jika sikap ini mewarnai interaksi di masyarakat
maka akan timbul konflik, karena setiap anggota masyarakat akan mengukur keadaan
atau situasi berdasarkan nilai dan norma kelompoknya. Sikap ini menghambat
tejadinya integrasi sosial atau integrasi bangsa. Primordialisme harus
diimbangi tenggang rasa dan toleransi.
b. Stereotip Etnik
b. Stereotip Etnik
Interaksi sosial dalam masyarakat majemuk sering diwarnai
dengan stereotip etnik yaitu pandangan (image) umum suatu kelompok etnis
terhadap kelompok etnis lain (Horton & Hunt). Cara pandang stereotip
diterapkan tanpa pandang bulu terhadap semua anggota kelompok etnis yang
distereotipkan, tanpa memperhatikan adanya perbedaan yang bersifat individual.
Stereotip etnis disalah tafsirkan dengan menguniversalkan beberapa ciri khusus
dari beberapa anggota kelompok etnis kepada ciri khusus seluruh anggota etnis.
Dengan adanya beberapa orang dari sukubangsa A yang tidak
berpendidikan formal atau berpendidikan formal rendah, orang dari suku lain (B)
menganggap semua orang dari sukubangsa A berpendidikan rendah. Orang dari luar
suku A menganggap suku bangsanya yang paling baik dengan berpendidikan tinggi.
Padahal anggapan itu bisa saja keliru karena tidak semua orang dari sukubangsa
di luar sukubangsa A berpendidikan tinggi, banyak orang dari luar sukubangsa A
yang berpendidikan rendah. Jika interaksi sosial diwarnai stereotip negatip,
akan terjadi disintegrasi sosial. Orang akan memberlakukan anggota kelompok
etnis lain berdasarkan gambaran stereotip tersebut. Agar integrasi sosial tidak
rusak, setiap anggota masyarakat harus menyadari bahwa selain sukubangsa ada
faktor lain yang mempengaruhi sikap seseorang, yaitu pendidikan, pengalaman,
pergaulan dengan kelompok lain, wilayah tempat tinggal, usia dan kedewasaan
jiwa.
c. Potensi Konflik
Ciri utama masyarakat majemuk (plural society) menurut
Furnifall (1940) adalah kehidupan masyarakatnya berkelompok-kelompok yang berdampingan
secara fisik, tetapi mereka (secara essensi) terpisahkan oleh
perbedaan-perbedaan identitas sosial yang melekat pada diri mereka
masing-masing serta tidak tergabungnya mereka dalam satu unit politik tertentu.
Mungkin pendekatan yang relevan untuk melihat persoalan masyarakat majemuk ini adalah bahwa perbedaan kebudayaan atau agama memang potensial untuk mendestabilkan negara-bangsa. Karena memang terdapat perbedaan dalam orientasi dan cara memandang kehidupan ini, sistem nilai yang tidak sama, dan agama yang dianut masing-masing juga berlainan. Perbedaan di dalam dirinya melekat (inherent) potensi pertentangan, suatu konflik yang tersembunyi (covert conflict). Namun demikian, potensi itu tidak akan manifes untuk menjadi konflik terbuka bila faktor-faktor lain tidak ikut memicunya. Dan dalam konteks persoalan itu nampaknya faktor ekonomi dan politik sangat signifikan dalam mendorong termanifestasinya konflik yang tadinya tersembunyi menjadi terbuka.
Mungkin pendekatan yang relevan untuk melihat persoalan masyarakat majemuk ini adalah bahwa perbedaan kebudayaan atau agama memang potensial untuk mendestabilkan negara-bangsa. Karena memang terdapat perbedaan dalam orientasi dan cara memandang kehidupan ini, sistem nilai yang tidak sama, dan agama yang dianut masing-masing juga berlainan. Perbedaan di dalam dirinya melekat (inherent) potensi pertentangan, suatu konflik yang tersembunyi (covert conflict). Namun demikian, potensi itu tidak akan manifes untuk menjadi konflik terbuka bila faktor-faktor lain tidak ikut memicunya. Dan dalam konteks persoalan itu nampaknya faktor ekonomi dan politik sangat signifikan dalam mendorong termanifestasinya konflik yang tadinya tersembunyi menjadi terbuka.
Furnivall sendiri sudah mensinyalir bahwa konflik pada
masyarakat majemuk Indonesia menemukan sifatnya yang sangat tajam, karena di
samping berbeda secara horisontal, kelompok-kelompok itu juga berbeda secara
vertikal, menunjukkan adanya polarisasi. Artinya bahwa disamping
terdiferensiasi secara kelompok etnik agama dan ras juga ada ketimpangan dalam
penguasaan dan pemilikan sarana produksi dan kekayaan. Ada ras, etnik, atau
penganut agama tertentu yang akses dan kontrolnya pada sumber-sumber daya
ekonomi lebih besar, sementara kelompok yang lainnya sangat kurang. Kemudian
juga, akses dan kontrol pada sektor politik yang bisa dijadikan instrumen untuk
pemilikan dan penguasaan sumber-sumber daya ekonomi, juga tidak menunjukkan
adanya kesamaan bagi semua kelompok.
Di Kalimantan Barat dan Tengah para perantau Madura yang
beragama Islam setahap demi setahap bisa menguasai jaringan produksi dan
distribusi ekonomi. Demikian pula dengan orang-orang Bugis-Makassar dan Buton
yang umumnya beragama Islam di kawasan Timur Indonesia telah membuat jaringan
yang cukup luas dalam sektor ekonomi ini. Termasuk dalam kasus ini adalah
orang-orang Cina yang sebagian besar beragama non-Islam yang menguasai sebagian
besar sarana dan aset produksi serta jaringan distribusi di kota-kota besar dan
menengah Indonesia. Ketika Orde Baru memegang tampuk pemerintahan tampaknya
ketimpangan ekonomi dan politik antar kelompok etnik dan ras ini tidak secara
sungguh-sungguh dicoba untuk dihapuskan. Malah pemihakan pada kelompok tertentu
sangat kentara, sementara kelompok yang lain mengalami proses marjinalisasi. Di
sinilah polarisasi antar kelompok masyarakat yang berbeda secara kultural dan
agama itu menjadi semakin tajam. Di samping itu, pemerintah dan masyarakat di
daerah secara politik betul-betul lemah, tidak memiliki saluran institusional yang
memungkinkan kepentingan dan kebutuhan mereka dapat diakomodasi. Di sini
sentralisme adalah ciri utama sistem politik negara Orde Baru.
Memang selama rezim Orde Baru berkuasa konflik itu tidak
banyak muncul, kalaupun terjadi ledakannya tidak besar dan akan segera diredam
secara represif. Namun pendekatan keamanan itu tidak menghilangkan potensi
konflik tersebut, karena akar persoalannya tidak dipecahkan. Hubungan antar
kelompok tetap dalam situasi ketegangan, menunggu momen untuk meledak. Karena
itu, ketika rezim Orde Baru mulai kehilangan legitimasi dan kemudian jatuh,
konflik yang tadinya laten menjadi terbuka.
Hal ini dikarenakan, bahwa pengkotakan masyarakat hanya
mampu menekan eskalasi konflik dan disharmoni sosial dalam masyarakat, namun ia
tidak mampu menghilangkan poensi-potensi konflik yang telah lama dan masih
terpendam dalam masyarakat. Konflik dan disharmoni sosial dapat muncul karena
mereka, kelompok-kelompok sosial tersebut tetap hidup berdampingan secara fisik
dalam suatu komunitas masyarakat. Pembenaran atas ketidaksamaan, pada
hakekatnya adalah juga sebentuk pembenaran terhadap adanya potensi potensi
konflik dalam masyarakat yang pluralis.
2.3 Ketergantunagn Indonesia Pada
Bantuan Luar Negeri
Pada dekade tahun 50-an setelah merdeka, Indonesia memasuki
era konsolidasi dan pembangunan. Namun setelah perjuangan panjang merebut
kemerdekaan dan juga perjuanagan fisik sesudah kemerdekaan, tidaklah mudah
melaksanakan pembangunan dengan kondisi rakyat yang masih menderita apalagi
situasi ekonomi pun masih morat-marit sehingga pembangunan pun tersendat.
Pada tahun di mulainya orde lama, yaitu tahun 1957-1965
menurut Roxborough, masyarakat dunia ketiga (Indonesia) telah gagal berkembang
karena terlalu miskin. Ditambah lagi keadaan masyarakat yang masih memprihantinkan.
Pada masa orde lama, Indonesia mulai mencari dan menerima bantuan luar negri karena pemerintah waktu itu mengeluarkan kebijakan untuk mulai membangun dan diperlukan pengerahan dana yang sangat besar.
Pada masa orde lama, Indonesia mulai mencari dan menerima bantuan luar negri karena pemerintah waktu itu mengeluarkan kebijakan untuk mulai membangun dan diperlukan pengerahan dana yang sangat besar.
Awal kebangkitan orde baru ditandai dengan awal ketregatugam
Indonesiaterhadap negara-negara maju, seperti Amerika, Jepang, Jerman dan
lain-lain. Dalam hal ini yang perlu digaris bawahi adalah pinjaman yang
diterima pemerintah orde baru adalah dari dunia barat bertolak belakang dengan
kebijakan luar negeri pada masa orde lama.
Pembangunan Indonesia yang bergantung pada pinjaman luar
negeri tidak terlepas dari sejara politik luar negeri Indonesia itu sendiri.
Menurut Arief Budiman, tiap negara mempunyai keunikan permasalahannya yang
berbeda karena latar belakang sejarah yang berbeda pula. Begitu pula dengan
Indonesia, dimana Indonesia ikut berperan aktif melaksanakan perdamaian dunia
sehingga kedekatan hubungan dengan negara lain-lian terutama negara-negara
barat.Bantuan luar negeri yang mejadi andalan utama indonesia dalam upaya
mendapatkan dana secara muda ternyata sangat mengikat baik dalam bidang ekonomi
bahkan politik yang saling berhubungan.
Menurut Gunadi bantuan luar negeri tidak ada yang murni
bersifat ekonomi atau bersifat politik saja. Pemberi pinjaman dan penerima pun
selalu dilandasi kepentingan ekonomi dan politik. Mereka juga memperhitungkan
manfaat yang diperoleh naik oleh sipemberi maupun oleh si penerima sesuai
dengan sifat pemerintahannya masing-masing.
Sebagai negara yang memiliki ketergantungan ekonomi pada
negara-negara industri maju, Indonesia mempunyai kewajiban untuk membeli produk
dari negara-negara pemberi pinjaman tersebut, sehingga Indonesia menjadi negara
yang ketergantungan.
Ketergantungan Indonesia pada pinjaman luar negeri secara tidak langsung memberi dua dampak yaitu:
© Dampak positif :
Ketergantungan Indonesia pada pinjaman luar negeri secara tidak langsung memberi dua dampak yaitu:
© Dampak positif :
1. membuka
lapangan pekerjaan
2. menambah devis
3. perekonamian bertumbuh pesat
© Dampak negatif :
2. menambah devis
3. perekonamian bertumbuh pesat
© Dampak negatif :
1. Produk dalan negeri kurang laku
dipasaran karena kualitas produknya dibawah kualitas produk luar negeri.
2. SDA
rusak dan dimanfaatkan oleh orang lain.
Sedagkan menurut Goldthorpe ( 1992 : 242 ) akibat dari menjamurnya PMA yang merupakan dampak dari adanya bantuan luar negeri adalah :
Sedagkan menurut Goldthorpe ( 1992 : 242 ) akibat dari menjamurnya PMA yang merupakan dampak dari adanya bantuan luar negeri adalah :
-
Meningkatnya
urbanisasi karena di desa tanah garapannya menjadi hilang atau berubah fungsi
-
Banyaknya
gelandangan di kota, karena kaum urban tidak memiliki modal ataupun pengetahuan
sebagai bekal untuk hidup di kota.
-
Pedesaan
semakin dikuasai oarang orang kota sehigga tanpa disadari menyebabkan ekspansi
ekonomi
Masuknya unsur-unsur asing kapitalis selain berpengaruh pada
perekonomian indonesia juga berpengaruh pada sistem politik indonesia.
Bermunculnya para konglomerat merupakan pengaruh dari sistem kapitalis yang
secara tidak langsung adalah dampak dari adanya bantuan luar negeri. Akibatnya
sebagai negara penghasil bahan baku untuk negara-negara industri yang sekaligus
sebagai pengimpaor dan pasar hasil industri.
Untuk mengatasi masalah masalah tersebut, yang paling
penting adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang
berkualitas. Melalui pendidikan sekolah semua itu bisa dicapai.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Istilah Masyarakat Indonesia Majemuk pertama kali
diperkenalkan oleh Furnivall dalam bukunya Netherlands India: A Study of Plural
Economy (1967), untuk menggambarkan kenyataan masyarakat Indonesia yang terdiri
dari keanekaragaman ras dan etnis sehingga sulit bersatu dalam satu kesatuan
sosial politik. Kemajemukan masyarakat Indonesia ditunjukkan oleh struktur
masyarakatnya yang unik, karena beranekaragam dalam berbagai hal.
Faktor yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
Faktor yang menyebabkan kemajemukan masyarakat Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Keadaan geografi Indonesia yang
merupakan wilayah kepulauan
b. Letak Indonesia diantara Samudra
Indonesia dan Samudra Pasifik serta diantara Benua Asia dan Australia, maka
Indonesia berada di tengah-tengah lalu lintas perdagangan.
c. Iklim yang berbeda serta struktur
tanah di berbagai daerah kepulauan Nusantara ini merupakan faktor yang menciptakan
kemajemukan regional.
Pengaruh kemajemukan masyarakat Indonesia berdasarkan suku
bangsa,ras dan agama dapat dibagi atas pengaruh positif dan negatif. Pengaruh
positifnya adalah terdapat keanekaragaman budaya yang terjalin serasi dan
harmonis sehingga terwujud integrasi bangsa. Pengaruh negatif, munculnya sikap
primordial (primordialisme) yang berlebihan yang mewarnai interaksi sosial
sehingga muncul disintegrasi atau konflik sosial.
3.2 Saran
Di tengah arus reformasi dewasa ini, agar selamat mencapai
Indonesia Baru, maka idiom yang harus lebih diingat-ingat dan dijadikan
landasan kebijakan mestinya harus berbasis pada konsep Bhinneka Tunggal Ika.
Artinya, sekali pun berada dalam satu kesatuan, tidak boleh dilupakan, bahwa
sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam satu kemajemukan.
Dengan demikian keanekaragaman tersebut merupakan suatu
warna dalam kehidupan, dan warna-warna tersebut akan menjadi serasi, indah
apabila ada kesadaran untuk senantiasa menciptakan dan menyukai keselarasan
dalam hidup melalui persatuan yang indah yang diwujudkan melalui integrasi.
Maka, Indonesia Baru yang kita ciptakan itu, hendaknya
ditegakkan dengan menggeser perbadaan yang ada dengan mengedepankan keBhinnekaan
sebagai strategi integrasi nasional. Namun, jangan sampai kita salah langkah,
yang bisa berakibat yang sebaliknya: sebuah konflik yang berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Ridwan dan Elly Malihah.
(2007) . Pendidikan Lingkungan Sosial
Budaya dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek
Hermawan, Ruswandi dan Kanda
Rukandi. (2007). Perspektif Sosial Budaya.
Bandung: UPI PRESS
Hermawan, Ruswandi dkk. (2006) . Perkembangan Masyarakat dan Budaya.
Bandung : UPI PRESS
Kuswanto dan Bambang Siswanto.
(2003). Sosiologi. Solo: Tiga
Serangkai
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
beri komentar ya setelah baca atau hanya melihat aja.... thanks